06 September 2008

DUNIA ADALAH PENJARA BAGI MUKMIN

DUNIA ADALAH PENJARA BAGI MUKMIN

Bagaimana mungkin seorang terpidana akan bisa bergembira di dalam penjaranya. Ia tidak bersuka cita, melainkan hanya bergembira di wajah sambil menyimpan kesedihan di hatinya. Kegembiraannya hanya terbias di lahirnya, sementara petaka mengiris iris kedalaman batinnya, kesunyian, dan esensi maknanya. Ia terlukakan oleh maksiat di balik bajunya, namun ia bungkus lukanya dengan baju senyumnya. Karna itu Allah Azza wa Jalla dan malaikat bangga dengannya sambil mengacungkan jari jempol masing2 pada pemberani2 ini di dalam daulat agama Allah dan nuraninya. Mreka senantiasa bersabar bersama Nya dan menelan pil pahit takdir2 Nya, hingga Dia pun langsung jatuh cinta pada mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman: "....Allah menyukai orang orang yang sabar" (Q.S. 3:146).
Dia hanya memberi bala cobaan demi kecintaan Nya padamu. Smakin kau jalankan perintah2 Nya dan kau tinggalkan larangan2 Nya, maka smakin besar pula cinta Nya, dan smakin engkau bersabar atas bala cobaan Nya, maka smakin besar pula kedekatan Nya. Seorang (saleh) bertutur: "Allah enggan menyiksa kekasih Nya, akan tetapi Dia hanya menguji dan menyabarkannya." Nabi Saw juga bersabda: "Seolah dunia itu tidak ada, dan seolah Akhirat itu tidak berakhir."
Hai para pencari dunia, juga pecinta dunia, datanglah kepadaku! Akan kuberitahukan pd kalian cela2 keburukan dunia. Akan kutunjukan pd kalian jalan menuju al Haqq' Azza wa Jalla. Akan kumasukkan kalian kdalam jajaran orang2 yg hanya menginginkan Wajah Allah Azza wa Jalla.
Wahai manusia! Tinggalkanlah igauan2 dan angan2 batil, serta sibukkanlah diri dng zikir mengingat Allah. Berbicaralah hal2 yg bermanfaat bg kalian dan diamlah dari hal yg bisa memberi mudarat bg kalian. Berniatlah dng niat yg saleh, br setelah itu bicaralah. "Mulut orang yg bodoh ada di depan hatinya, dan mulut orang yg berakal dan alim ada di belakang hatinya. " Membisulah kau! Jika Allah menginginkanmu berbicara, maka Dia sendirilah yg akan membuatmu mengucap dan mengurai kata. Jika memang Dia menginginkan sesuatu, maka Dia akan menyiapkanmu untuk itu. Nabi Saw bersabda " Barang siapa yang mengenal Allah, maka akan kelu lidahnya".
Dia mengelukan lidah lahir dan batinnya untuk mengajukan penolakan kpd Nya atas sgala sesuatu, dan hanya menurut tanpa interupsi menentang. Dia telah membutakan kedua mata hatinya dari melihat selain Nya, mengoyak koyak nuraninya, melunturkan amr nya, dan mencerai beraikan hartanya, serta mengeluarkannya dari wujud (eksistensi kemanusiaan) nya, serta mengeluarkan dunia dan Akhiratnya, hingga hilanglah nama dan rupanya.
Dia mewujudkan kembali setelah hilang dan menciptanya lg menjadi manusia lain. Dia meleburkannya dng kuasa fana, agar ia mencari perjumpaan (dengan Nya) dan membangkitkannya kembali dng kuasa "baqa" agar menyeru mahluk dari kefakiran menuju kekayaan (bersama Allah). Kekayaan (yg sejati) adalah kekayaan bersama Allah dan berhubungan dengan Nya, dan kefakiran (sejati) adalah kejauhan dari Nya dan merasa kaya bersama selain Nya.
Orang kaya adalah orang yg hatinya bergembira dengan kedekatan Tuhannya, dan orang fakir adalah yg tidak bisa merasa demikian. Barangsiapa ingin kaya, maka ia hrs mengesampingkan dunia dan Akhirat beserta sgala isinya dan segala hal selain Nya. Ia hars mengeluarkn satu demi satu sgala sesuatu dr hatinya. Jangan mrasa sempit dng barang sdikit yg ada padamu, sebab dia akan menjadikan yg sdikit dng bekal dlm menyusuri jalan menuju Nya. Dia jadikan sgala kenikmatan bagimu, agar kalian menyandarkannya pada Nya serta kalian jadikan petunjuk menuju Nya. Sementara itu, Dia jadikan ilmu agar kalian mempelajarinya dan mencari petunjuk lewat cahayanya.
Wasalam
(sumber" Rahasia Mencintai Allah", Syekh Abdul Qadir al Jailani).

mencintai Allah

mencintai Allah

KETAHUILAH, segala sesuatu bergerak oleh gerakan Nya dan diam oleh diam Nya. Jika persepsi ini sudah kokoh menancap pd diri seseorang, maka ia akan merasa lega dari beban berat syirik (menyekutukan Allah) dng manusia, dan manusia pun merasa nyaman dengannya, sebab ia tidak mencela mereka, juga tidak menuntut mereka dng sesuatu semaunya, melainkan hanya menuntut yg d tuntut oleh syara smata. Melihat perbuatan Allah atas manusia adalah aqidah (keyakinan) yg tidak terbatalkan oleh hukum, sebab Dia sendirilah yg menentukan dan menuntut.
Seorang pecinta tidak memiliki apa2. Smua yg dimilikinya, sudah ia serahkan pd kekasih yg dicintainya. Cinta dan kepemilikan slamanya tdk akan menyatu. Seorang yg mencintai al Haqq' Azza wa Jalla dan benar2 tulus mencintai Nya (harus) menyerahkan diri, harta dan kesehatannya pada Nya serta meninggalkan ikhtiar bg dirinya dan orang lain. Ia tdk akan menuduh Nya macam2 perihal perbuatan Nya. Ia jg tdk memburu buru Nya dan tidak pula pelit pada Nya. Baginya smua yg dikeluarkan oleh Nya untk dirinya adalah sesuatu yg indah. Smua arah sudah tertutup baginya dan hanya menyisakan satu arah saja, Dia.
Hai orang yg mengaku mencintai Allah, cintamu pada Nya tdk akan sempurna sblum kau buntukan smua jalan, hingga hanya menyisakan satu jalan saja bagimu. Kekasihmu tlah mengeluarkan mahluk dr dlm hatimu, dr Arsy hingga kedalaman bumi, karna itu jng kau cintai dunia juga Akhirat. Anggaplah smua gersang bagimu dan rasakan kenyamanan bersama Nya. Bersabarlah sebagaimana sabar Majnun Layla saat ia termakan cinta. Ia keluar d tengah2 mahluk yg asik menyendiri dan bergaul dng binatang2 buas. Ia rela keluar gedung megah menerima gubuk reot. Ia keluar dr pujian manusia dan cacian mreka. Baginya, bicara dan diam sama saja, ridha dan benci jg sama. Suatu ktika ia ditanya, Siapa engkau? Ia menjawab, "Layla. "Ditanya lagi, darimana engkau berasal? Ia menjawab "Layla. Lagi2 d tanya. "kemana engkau mau berjalan? Ia jawab "Layla. Ia telah buta dr selain Layla dan tuli dari slain mendengar ucapan Layla. Ia tdk bergeming meninggalkan gadis itu hanya karna cercaan para pencerca. Bagus skali apa yg dituturkan seorang penyair :
"Ketika nafsu mendorong pada cinta (hawa)
Maka ia menjadikan manusia seperti besi yang dingin.
Ktika hati mengenal al Haqq' Azza wa Jalla, mencintai dan dekat dengan Nya, maka ia akan merasa enggan dengan mahluk dan bergaul dengan mereka. Juga merasa muak dng makanan dan minuman, pakaian, dan pernikahannya. Ia tidak senang dng gedung mewah, dan lebi suka tinggal di gubuk reot. Tidak ada sesuatu pun yg mampu mengikatnya slain syara yg mengikatnya dlm perintah, larangan dan perbuatan, membelenggunya hingga datang takdir.
"Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang sakit semalam saja, sambil ridha pada Allah ' Azza wa Jalla dan sabar menghadapi apa yang menimpanya, maka ia telah keluar dari dosa dosanya sebagaimana saat ia dilahirkan oleh ibunya."
Wasalam
(sumber "RAHASIA MENCINTAI ALLAH", Syekh Abdul Qadir al Jailani).

makrifat dalam tasawwuf



MAKRIFAT DALAM TASAWWUF

Oleh : Muqoffa Mahyuddin, SAg.*)

MAKRIFAT Adalah mengenali dzat dan sifat Alloh secara benar. Mengenal Allah SWT. merupakan pengetahuan yang paling sulit sebab tidak ada yang serupa denganNya. Namun demikian, Allah mewajibkan semua makhluk-manusia, jin malaikat, dan setan–untuk mengenali zat, nama, dan sifat-sifatNya. Pengenalan terhadap Allah telah tertanam dalam diri hewan ataupun yang lainnya. Setiap

entitas mengetahui eksistensi Penciptanya.

Allah berfirman :

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.’(QS. Al Isra’(17):44).

Ini meliputi manusia, malaikat, hewan, benda mati, tumbuhan, udara, tanah, dan air. Allah memuji mereka yang mengenaliNya. Sebaliknya, Dia mencela mereka yang tidak mengenaliNya dan mereka yang megingkarinya.

Makrifat Allah terbagi dua; bersifat umum dan khusus. Makrifat Allah yang bersifat umum yang wajib dimiliki setiap mukallaf adalah mengakui eksisitensi-Nya, menyucikanNya dari segala dari segala sesuatu yang tidak sesuai denganNya, serta mengakui segala sifat yang Allah telah tetapkan untuk diriNya, serta mengakui segala sifat yang Allah tetapkan untuk diriNya. Sementara makrifat yang bersifat khusus adalah kondisi menyaksikan Allah. Ahli makrifat adalah orang yang Allah beri kemampuan untuk menyaksikan zat, sifat, nama, dan perbuatanNya. Adapun orang alim Allah diberikan pengetahuan tentang hal itu, tetapi tidak lewat penyaksian secara langsung, namun lewat keyakinan.

Pendapat yang lain menyebutkan, makrifat adalah sejenis keyakinan yang muncul lewat sebuah perjuangan ibadah. Menurut Imam Ghazali, Allah terlampau besar untuk bisa ditangkap oleh panca indera, esensi keagunganNya tak bisa dijangkau oleh akal dan analogi, bahkan keagunganNya tak bisa dijangkau oleh selainNya, serta Mahabesar untuk bisa dijangkau oleh selainNya, serta Mahabesar untukdikenali oleh yang lain. Tiada yang mengetahui Allah kecuali Allah itu sendiri. Puncak pengetahuan hamba sampai pada satu titik di mana mereka menyadari bahwa mustahil mereka bisa mencapai ma’rifat yang hakiki. Secara sempurna hal itu disadari oleh seorang nabi atau seorang siddiq. Nabi SAW. Misalnya mengungkapkan hal itu dengan berkata,”Aku tak bisa memberikan pujian yang cukup kepadaMu, Engkau seperti pujian yang Kau berikan untuk diriMu”. Adapun al-shiddiq, ia pernah berkata,”Ketidakmampuan untuk mengetahui adalah pengetahuan itu sendiri”.

Ada yang berpendapat bahwa jiwa manusia setelah berpisah dengan jasad bisa diidentifikasi lewat pengetahuan dan ilmu yang terukir padanya. Tidak ada yang bisa diketahui dan dikenali darinya kecuali pengetahuan tersebut. Karakter manusia akan dikumpulkan berdasarkan bentuk ilmunya, serta jasadnya akan dibangkitkan berdasarkan amal yang dilakukan, apakah baik atau buruk. Ketika jiwa manusia telah berpisah dengan dunia sebagai alam taklif atau tempat beramal, ia akan memetik hasil yang telah ia tanam. Pengenalan terhadap Allah yang ia peroleh di akhirat takkan lebih dari pengenalan yang ia peroleh dari dunia, kecuali lebih menyingkap dan lebih memperjelas. Seseorang akan menyaksikan dan melihatNya sesuai dengan kualitas makrifatnya kepada Allah serta pengetahuannya terhadap nama dan sifatNya. Sebab, makrifat di dunia akan berubah di akhirat menjadi sebuah penyaksian, sebagaimana benih berubah menjadi padi. Seperti halnya orang yang tidak mempunyai benih takkan mempunyai tanaman, demikian pula orang yang tidak memiliki ma’rifat di dunia ia takkan bisa melihat atau menyaksikan Allah di akhirat.

Sebagaimana tingkat ma’rifat berbeda-beda, tingkat penyaksian seseorang yang juga berbeda bergantung pada kualitas tahalli (menghiasi diri dengan perbuatan mulia). Orang yang ingin menyalakan pelita dan lentera, ia membutuhkan tujuh hal; batang, kayu, batu pembakaran, korek, tiang, sumbu, dan minyak. Kalau seorang hamba ingin mendapat lentera makrifat;

pertama, ia harus memiliki kayu perjuangan. Sebab, Allah berfirman;

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(Qs. Al Ankabut[29]:69).

kedua, ia harus mempunyai batu kerendahan diri. Allah berfirman;

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al A’raf(7):55)

ketiga Nyala api yang dibutuhkan adalah terbakarnya hawa nafsu. Allah berfirman;

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,”(QS. An Nazi’at[79]: 40).

keempat, koreknya adalah kembali kepada Allah. Allah berfirman;

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu Kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).,’(QS Az Zumar[39]:54)

kelima, membutuhkan tiang kesabaran. Allah berfirman;

Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al Anfal[8]:46).

keenam, ia membutuhkan sumbu syukur. Allah berfirman;

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl[16]:114).

ketujuh, ia membutuhkan minyak keridhaan terhadap semua ketentuan Allah. Allah berfirman;

Dan Bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri (QS. At Thur [52]:48).

Diceritakan bahwa seorang saleh mempunyai saudara yang telah mati. Lalu di saat tidur ia memimpikannya. Ia bertanya kepada saudaranya itu ,”Apa yang telah Allah perbuat kepadamu?” Ia menjawab,”Aku telah dimasukkanNya ke dalam surga. Aku makan, minum, dan menikah”. Bukan itu yang kutanyakan. Apakah engkau menyaksikan Tuhan?. Kata orang sholeh tadi. Saudaranya itu menjawab,”Tidak ada yang bisa melihatnya kecuali orang yang sudah mencapai ma’rifat kepadaNya.”[qoffa]

Ibnu Athoillah Al Askandari, (Miftahul Falah Wa Misbahul Arwah, Maktabah Al Turats al Islami, Mesir, 2000, hal 124)

*)Penyuluh Agama Islam fungsional Kandepag Kulon Progo, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi: Studi Agama dan Resolusi Konflik.