15 August 2011

introducong of sufisme

Introducing of sufisme
Sufisme atau tasawwuf merupakan jalan filosofi Islam yang toleran, mistis, dan universal. Pesan sulh-i-kul, damai dengan semua, membuat Sufisme bisa diterima baik oleh kalangan Muslim maupun non-Muslim. Sufisme memiliki daya tarik bagi seluruh sekte dan kelas-kelas sosial Muslim. Orang hanya perlu mengunjungi kuil – kuil, atau zawiyah – zawiyah, atau tekke – tekke seperti kuil suci di Ajmer India dan mengamati arak – arakan para pengunjung Muslim dan non-Muslim untuk membuktikannya. Sufi melihat keesaan Tuhan, tauhid pada segala sesuatu, pada setiap orang. Meskipun dalam bentuk bentuknya yang vulgar dan lebih populer. Sufisme telah menampung praktik-praktik janggal yang tidak islami. Hakikat ajaran ini murrni berasal dari pribadi Nabi sendiri. Pertama-tama sufi harus menguasai, jalan kebenaran Islam, sebelum melangkah kepada tarekat, jalan sufi.
Para guru sufi merupakan tokoh sentral bagi para murid meeka dalam membantu menyingkap berbagai misteri serta ajaran Sufisme. Fungsi pertama dan utama seorang guru sufi adalah apa yang disebut penghancur ego, yaitu menekan ego individual untuk mengutamakan keagungan Tuhan. Untuk mendukung penghancuran ego ini, berbagai latihan dilakukan, yang sebagian besar tampak janggal bagi orang awam. Banyak kisah tentang bagaimana para guru sufi memberi perintah pada murid murid mereka. Ada dongeng-dongeng tentang para pangeran yang memasuki kalangan sufi kemudian diperintahkan untuk membersihkan kakus.
Pada berbagai hal yang berbau sufisme, banyak lapisan makna yang terdapat di bawah permukaannya. Gagasan pertamanya adalah menghancurkan kemudian membentuk pencari kebenaran sebelum tarekat dapat dipahami. Praktik-praktik esoterik ini memungkinkan para sufi untuk dapat bertahan di saat yang berat, bahkan saat mengalami penganiayaan. Salah satu praktik seperti itu adalah ritual zikir, menyebut nama Allah. Setiap nama dari ke-99 nama Tuhan diketahui memiliki satu kualitas khusus. Mengucapkan dan mengulang-ulang nama itu dengan cara khusus melahirkan suatu kondisi spiritual pada diri orang yang beriman. Zikir membuat Islam bertahan di Asia Tengah selama masa pahit kekuasaan Uni soviet.
Doa berikut merangkum semangat sufisme. Doa ini berasar dari ordo (thoriqoh) Naqsabaniah yang didirikan Bahauddin Naqsabandi, orang suci dari Bukhara, yang hidup di abad keempat belas. Rentang Islam yang universal jelas terlihat, doa ini bisa menjadi doa bagi agama apapun, di mana pun di dunia:
Tuhanku, betapa lembut Engkau terhadap ia yang melawan-Mu; betapa dekat Engkau pada ia yang mencari-Mu, betapa belas kasih kepada ia yang meminta kepada-Mu, betapa baik pada ia yang menyandarkan harapannya pada-Mu.
Siapa pun dia yang meminta kepada-Mu lalu Engkau menolaknya atau siapa yang mencari perlindungan-Mu lalu engkau menghianatinya dan mendekat kepada-Mu lalu Engkau menjauhinya? Dan berlari kepada-Mu lalu Engkau menolakkannya?
Semangat sufi yang toleran dan dapat diterima semua pihak tidaklah mengherankan kalau kita menengok sumber inspirasi mereka. Meskipun Nabi merupakan teladan tertinggi mereka, tokoh-tokoh spiritual lain-termasuk Ibrahim, Musa, dan Yesus-juga mencetak mereka. Hal ini diungkapkan dalam “Delapan Karakteristik Sufi” yang ditulis guru sufi terkenal, Junaid dari Bagdad:
Dalam Sufisme, delapan kualitas harus dilatih, sufi memiliki: Kebebasan seperti yang dimiliki Ibrahim; Penerimaan atas apa yang menjadi bagiannya seperti Ismail telah menerima bagiannya; Kesabaran yang dicontohkan Yakub; Kemampuan untuk berkomunikasi dengan simbolisme, seperti dalam kisah Zakaria; Pemisahan dari masyarakatnya sendiri, seperti dialami Yunus; jaket bulu domba seperti mantel penggembala milik Musa; Melakukan perjalanan, seperti perjalanan yang diakukan Yesus; Kerendahan hati seperti Muhammad SAW. dengan kerendahan jiwanya.
Pesan sufisme mengenai kasih sayang, kerendahan hati dan cinta universal sangat menarik dan mendatangkan banyak ilham. Tetapi apa yang akan dikatakan oleh kaum muda masa kini yang tenggelam dalam lingkungan urban materialis dimana televisi dan internet telah tampil sebagai pemberi input terbesar sebagaimana mengenai Sufisme? Bagaimana mereka akan memahami kisah-kisah sufi?
Kisah berikut ini berasal dari matsnawi terkenal karya guru sufi besar Maulana Jalaluddin Rumi, menggambarkan hal di atas. Seorang murid yang mencari jalan sufi akhirnya merasa bahwa ia telah menguasainya dan datang untuk mengatakannya kepada sang guru. Ia mengetuk pintu dan ditanya ‘Siapa? Menjawab Saya. Sang guru mengatakan, ’Pergilah, kamu belum mendapatkan pengetahuan”. Sang murid pun pergi untuk kembali setelah melakukan lebih banyak lagi latihan-latihan spiritual, dan kali ini kita ditanya siapa mengetuk pintu ia menjawan “Engkau” . “Masuklah”, kata sang guru.”Tidak cukup tempat bagi dua aku di rumah ini”.
Kisah sufi ini menggambarkan lapisan lapisan pemahaman yang terkandung dalam sufisme: penghancuran ego, kebutuhan akan guru sufi yang akan membantu pencarian pengetahuan sepanjang jalan Tuhan, dan pencarian jalan kebenaran, Jalan Tuhan, bagaimanapun esoterisnya. Kisah-kisah ini adalah kiasan, metafor cerita dama cerita. Seperti lapisan dalam bawang kisah-kisah ini memerlukan kesabaran dalam pengupasannya; kisah kisah ini terkadang berakhir dalam air mata.
Sufisme tidak diharapkan bisa populer atau dipahami massa yang didominasi oleh media, oleh propaganda, oleh analisis yang dangkal, oleh kegaduhan dan hantaman berbagai suara dan oleh sikap tidak hormat yang sinis. Zaman kita menuntut pahlawan-pahlawan sederhana - seperti Superman , James Bond, Indiana Jones, Iron Man, Batman. Tema-tema yang mengingatkan kita pada ketidakmantapan hidup di bumi, yang menunjukkan berbagai misteri keberadaan, kompleksitas kemenjadian, tidak siap untuk diterima.