13 February 2015

Bakso Celeng beredar lagi , haram dan kriminal Banyak orang suka makan bakso. Suka karena enak, yaitu gurih, kenyal/empuk, dan tentu mengenyangkan serta menyehatkan. Namun penyuka bakso harus selalu ekstra hati-hati untuk tidak makan makanan haram. Makanan bernama bakso itu selalu menggoda produsen/pedagang/penjualnya untuk melakukan kecurangan. Hal itu dilakukan agar bakso tahan lama (menggunakan pengawet/boraks), agar bakso enak namun halal (daging sapi dicampur daging ayam), dan agar modal yang dikeluarkan lebih murah (mengoplos daging sapi dengan daging tikus ataupun babi/celeng). Selain keuntungan yang didapat lebih besar, penjual bakso yang berlaku curang tentu menyadari betul resiko yang harus ditanggung. Untuk bakso dengan campuran daging tikus maupun daging babi/celeng pedagang melakukan dua kesalahan, yaitu melakukan tindak kriminal, dan sekaligus melakukan tindakan haram Kasus baru yang terungkap dan diberitakan media secara luas : Polisi Gerebek Produsen Bakso Celeng Di Bandung. 1) Diberitakan produsen bakso daging oplosan itu telah beroperasi selama enam bulan. Polisi menyita barang bukti berupa daging celeng seberat 140 kilogram, bakso daging oplosan 40 kilogram, dan alat pendingin untuk penyimpan daging.  Dengan jumlah produksi yang besar itu dapat dibayangkan berapa banyak bakso oplosan yang diedarkan dan dikonsumsi terutama oleh muslim/muslimah yang mengharamkan daging babi/celeng. Kecurangan ataupun penipuan yang dilakukan produsen bakso oplosan mungkin saja dimulai dari penjual baksa keliling hingga pembelinya. Sebab jika pembeli tahu ada campuran daging haram dipastikan akan mengurungkan niatnya seberapapun enak dan murahnya. Dampak dari pemberitaan ini selalu dirasakan pedagang bakso, yaitu menurunnya peminat bakso. Akibatnya jumlah penjualan pun menurun drastis. Namun hal itu tidak akan lama. Beberapa tahun lalu setelah heboh bakso oplosan untuk mengembalikan minat pembeli pada bakso dengan diprakarsai pemerintah dilakukan kampanye makan bakso. Haram Daging babi/celeng (termasuk minyak dari bahan daging itu) adalah bahan makanan haram, dan karena itu jual-belinya pun haram hukumnya. Ketika Allah mengharamkan sesuatu maka haram pula hasil  penjualannya.  Rasulullah telah melarang menjual bangkai, khamr, babi, patung dan barang lain yang bertentangan dengan syariah Islam.2) Entah sudah berapa lama produser bakso dengan oplosan daging sapi dan babi/celeng itu terjadi dan selama itu pula para pembeli, pelanggan dan siapapun yang memakannya telah  mengkonsumsi barang haram. Akibat memakan bakso yang mengandung daging babi/celeng itu membawa dampak buruk. Pertama: makanan haram akan merusak hati. Kedua: doa tidak dikabulkan. Ketiga: merusak amal-amal shalih. Keempat: merasa hina dan rendah. Kelima: menyebabkan keturunannya rusak.3) Rugi tentu saja bagi siapa saja muslim-muslimah yang memaskan bakso haram itu. Oleh karena itu kehati-hatian harus terus dilakukan siapapaun penyuka kuliner bakso. Kehati-hatian dan kewaspadaan dapat dilakukan antara lain dengan cara; menanyakan langsung kepada penjualnya kehalalan bakso yang akan dibeli, tidak spontan memutuskan makanan sebuah warung/rumah makan pasti halal karena ada muslim/muslimah (dengan tanda fisik berhijab/berpeci atau atribut lain) makan di dalamnya,  waspadai rumah makan.restoran milik nonmuslim yang kemungkinan mereka memang hanya menyediakan jenis makanan untuk nonmuslim pula. Catatan ini perlu terus-menerus ditekankan sebab ada restoran terkenal yang ada di banyak mall/supermarket di berbagai kota besar yang tidak menyediakan makanan untuk muslim/muslimah. Penutup Tiap agama punya aturan dan ketentuan tersendiri terkait dengan hidup keberagamaan maupun bermasyarakat, termasuk dalam hal makanan apa yang boleh dan tidak boleh. Islam demikian juga, dan bagi menganut yang taat akan senantiasa mengedepankan kewaspadaan. Akibat buruk bahkan sangat fatal yang bakal kita sandang jika teledor. Bagi pedagang yang curang, termasuk produsen maupun pedagang bakso yang menggunakan oplosan daging sapi dan babi/celeng mestilah dihukum berat agar ke depan tidak terjadi lagi tindakan yang sama. Bukan hanya penjara bakal segera dihuni para kriminal itu, jika tidak bertobat kelak neraka jahanam pun bakal sudah menunggu. Khusus untuk penyuka bakso kiranya perlu berpikir mendalam untuk mengalihkan hobi kulinernya pada jenis makanan tradisional lain yang sangat banyak yang tingkat kehalalannya lebih terjamin; karedok/lotek, soto ayam/sapi, pempek, mie ayam, baso-tahu, batagor, bubur ayam, bubur manado, dan banyak lagi. Lupakan bakso karena entah kapan lagi nanti bakal terkuak lagi ulah curang produsen/pedagang bakso langanan kita. Mudah-mudahan tulisan ini sampai pada mereka para penyuka bakso. Waspadalah, waspadalah. Itu saja yang dapat saya tuliskan, mohon maaf bila ada yang kurang atau salah. Terimakasih telah sudi menyimak. Wassalam. Sumber berita: 1.http://news.detik.com/read/2015/02/12/190324/2831650/10/polisi-gerebek-produsen-bakso-celeng-di-bandung 2.http://www.solusiislam.com/2013/02/jual-beli-yang-dilarang-dalam-islam.html 3.http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/09/03/26633/5-dampak-buruk-makanan-haram/#sthash.H7upL4R0.dpbs
Assalamualaikum tweeps... Baiklah, mari kita mulai serial #NgajiHikam ini ya... Semoga manfaat n berkah. Bismillahirrahmanirrahim... 2) #NgajiHikam BAB-1: “Di antara tanda kebergantungan pada amal, adalah menyusutnya harapan ketika terjadi kesalahluputan” 3) Syekh al-Buthi mengawali bab ini dgn pertanyaan: Adakah bergantung pada amal dianggap terpuji atau tercela? #NgajiHikam 4) Jawabannya: tercela. Itulah sebabnya kita dilarang bergantung pada amal baik apapun yg telah kita lakukan. #NgajiHikam 5) Jadi dlm upaya meraih ridha Allah n balasan yg dijanjikan-Nya, jgn sampai Anda bergantung pd amal yg Anda lakukan. #NgajiHikam 6) Sebaik n sebanyak apapun amal Anda, salat, puasa, haji, sedekah, dll, jgn sampai Anda bergantung pd semua itu. #NgajiHikam 7) Tapi bergantunglah pada lembutnya pengaturan Allah, anugerah dan kemurahan-Nya. #NgajiHikam 8) Adakah dalil landasan bagi pernyataan ini? Ya, ada. Yaitu hadis riwayat Imam al-Bukhari, sbb: #NgajiHikam 9) >> “Tak seorangpun yg amalnya memasukkan ia ke dlm surga.” Sahabat bertanya: “Tdk juga Anda, ya Rasul?” #NgajiHikam 10) >> Nabi menjawab: “Tidak juga aku. Namun Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku”. (HR. Al-Bukhari) #NgajiHikam 11) So, amal bkn nilai yg hrs dibayar utk bisa masuk surga. Krn kita beramal, maka otomatis kita berhak msk surga. Tidak. #NgajiHikam 12) Jika amal Nabi tak jamin beliau msk surga, apalagi amal kita? (Nabi pasti msk surga krn rahmat Allah, bkn krn amal beliau) #NgajiHikam 13) Lalu apa n bgmn sikap kita dlm kaitannya dgn amal2 yg kita lakukan? Apa diam saja atau bagaimana? #NgajiHikam 14) Sikap kita adalah melakukan amal2 itu dgn ikhlas karena Allah, sekaligus berharap balasan tersebab kemurahan n anugerah-Nya. #NgajiHikam 15) Kita mesti yakin jika balasan itu bukan sbg upah atas amal yg tlh kita tunaikan, tapi semata kemurahan n anugerah-Nya #NgajiHikam 16) Lalu, akibat buruk apa yg akan terjadi jika kita menaruh harapan akan dpt balasan dari amal yg kita lakukan? #NgajiHikam 17) Ibnu Atha’illah mengatakan: akibatnya adalah, Anda akan kehilangan harapan ketika tergelincir pd kesalah-luputan. #NgajiHikam 18) Artinya jika Anda beramal dan menaruh harapan besar jika amal Anda bisa masukkan Anda ke surga, #NgajiHikam 19) >> Maka harapan itu akan sirna jika suatu ketika Anda tegelincir pd salah dan dosa. #NgajiHikam 20) Beda halnya jika Anda beramal krn Allah, sekaligus berharap pada Allah. Tdk berharap pada amal. #NgajiHikam 21) >> Anda akan terus beramal dan berharap pd Allah, sekalipun suatu waktu Anda tergelincir pd salah dosa. #NgajiHikam 22) Itu bedanya antara org yg beramal & bergantung pada amalnya, dgn ong yg beramal & bergantung pd Allah. #NgajiHikam 23) Demikianlah. Hikmah pertama ini telah mengajari kita akan syariat dan hakikat sekaligus. #NgajiHikam

12 February 2015

Assalamualaikum tweeps... Baiklah, mari kita mulai serial #NgajiHikam ini ya... Semoga manfaat n berkah. Bismillahirrahmanirrahim... 2) #NgajiHikam BAB-1: “Di antara tanda kebergantungan pada amal, adalah menyusutnya harapan ketika terjadi kesalahluputan” 3) Syekh al-Buthi mengawali bab ini dgn pertanyaan: Adakah bergantung pada amal dianggap terpuji atau tercela? #NgajiHikam 4) Jawabannya: tercela. Itulah sebabnya kita dilarang bergantung pada amal baik apapun yg telah kita lakukan. #NgajiHikam 5) Jadi dlm upaya meraih ridha Allah n balasan yg dijanjikan-Nya, jgn sampai Anda bergantung pd amal yg Anda lakukan. #NgajiHikam 6) Sebaik n sebanyak apapun amal Anda, salat, puasa, haji, sedekah, dll, jgn sampai Anda bergantung pd semua itu. #NgajiHikam 7) Tapi bergantunglah pada lembutnya pengaturan Allah, anugerah dan kemurahan-Nya. #NgajiHikam 8) Adakah dalil landasan bagi pernyataan ini? Ya, ada. Yaitu hadis riwayat Imam al-Bukhari, sbb: #NgajiHikam 9) >> “Tak seorangpun yg amalnya memasukkan ia ke dlm surga.” Sahabat bertanya: “Tdk juga Anda, ya Rasul?” #NgajiHikam 10) >> Nabi menjawab: “Tidak juga aku. Namun Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku”. (HR. Al-Bukhari) #NgajiHikam 11) So, amal bkn nilai yg hrs dibayar utk bisa masuk surga. Krn kita beramal, maka otomatis kita berhak msk surga. Tidak. #NgajiHikam 12) Jika amal Nabi tak jamin beliau msk surga, apalagi amal kita? (Nabi pasti msk surga krn rahmat Allah, bkn krn amal beliau) #NgajiHikam 13) Lalu apa n bgmn sikap kita dlm kaitannya dgn amal2 yg kita lakukan? Apa diam saja atau bagaimana? #NgajiHikam 14) Sikap kita adalah melakukan amal2 itu dgn ikhlas karena Allah, sekaligus berharap balasan tersebab kemurahan n anugerah-Nya. #NgajiHikam 15) Kita mesti yakin jika balasan itu bukan sbg upah atas amal yg tlh kita tunaikan, tapi semata kemurahan n anugerah-Nya #NgajiHikam 16) Lalu, akibat buruk apa yg akan terjadi jika kita menaruh harapan akan dpt balasan dari amal yg kita lakukan? #NgajiHikam 17) Ibnu Atha’illah mengatakan: akibatnya adalah, Anda akan kehilangan harapan ketika tergelincir pd kesalah-luputan. #NgajiHikam 18) Artinya jika Anda beramal dan menaruh harapan besar jika amal Anda bisa masukkan Anda ke surga, #NgajiHikam 19) >> Maka harapan itu akan sirna jika suatu ketika Anda tegelincir pd salah dan dosa. #NgajiHikam 20) Beda halnya jika Anda beramal krn Allah, sekaligus berharap pada Allah. Tdk berharap pada amal. #NgajiHikam 21) >> Anda akan terus beramal dan berharap pd Allah, sekalipun suatu waktu Anda tergelincir pd salah dosa. #NgajiHikam 22) Itu bedanya antara org yg beramal & bergantung pada amalnya, dgn ong yg beramal & bergantung pd Allah. #NgajiHikam 23) Demikianlah. Hikmah pertama ini telah mengajari kita akan syariat dan hakikat sekaligus. #NgajiHikam

11 February 2015

NGAJI HIKAM BAB 2 1) Assalamualaikum tweeps... inilah ‪#‎NgajiHikam‬ BAB-2. Selamat mengikuti tweeps. 2) Ibnu Athaillah brkata: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah tempatkanmu pd status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam >> 3) >> “Sedangkan kehendakmu pd asbab tatkala Allah menempatkanmu pd status tajrid, adalah kemerosotan dr cita2 yg tinggi” #NgajiHikam 4) Hikmah ini berkisar pd 2 poros; yg 1 disebut “tajrid”, yang 1 lagi disebut “asbab”. Apakah arti dari dua kalimat itu? #NgajiHikam 5) Kita selalu dihadapkan pada 2 keadaan ini, tajrid dan asbab. Maka penting bagi kita tuk mengilmui keduanya. #NgajiHikam 6) [1] seseorang mendapati dirinya tersandera oleh alam asbab (sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam 7) Kemana dia bergerak, dia tidak bisa menghindar dari sebab2 dan perantara. Inilah yg disebut keadaan “asbab”. #NgajiHikam 8) [2] Seseorang mendapati dirinya terjauhkan dari pengaruh asbab; ia tidak memiliki jalan menuju asbab, #NgajiHikam 9) Keadaan ini disebut keadaan “tajarrud” atau “tajrid” (terlepas dari sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam 10) Nah, tiap mukmin harus melihat status yg telah ditentukan Allah untuk dirinya, lalu dia beramal sesuai dengan status itu. #NgajiHikam 11) Ia tidak boleh terburu mengikuti kemauannya sendiri tatkala menerapkan tatanan asbab atau tajrid #NgajiHikam >> 12) >> dengan tanpa terlebih dahulu memperjelas keadaan & posisi yg telah ditentukan Allah utknya. #NgajiHikam 13) Jika yang terjadi sedemikian halnya, maka sesungguhnya ia sedang menuruti kemauannya sendiri #NgajiHikam >> 14) >> meskipun di permukaan tampaknya ia sedang menjalankan perintah Allah & melaksanakan hukum2-Nya. 15) Demikian arti hikmah BAB-2 ini. Namun mari kita uraikan hikmah ini melalui gambaran2 dari peristiwa2 yang kita alami. #NgajiHikam 16) Seseorang yg diberi wewenang oleh Allah menjadi kepala rumah tangga, dengan seorang istri & beberapa anak. #NgajiHikam 17) Dg demikian, dia telah diliputi sebab2 yg menariknya untuk mencari rezeki dan bekerja keras untuk memperoleh rezeki. #NgajiHikam 18) Bayangkan kalau org ini berusaha naik pada tingkatan kesalehan & ketakwaan, menuju tangga tauhid & tawakal #NgajiHikam >> 19) >> seraya berkata dalam hatinya: aku tidak perlu lagi ke pasar, tak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan rezeki, #NgajiHikam >> 20) >> Karena aku yakin dg firman Allah: Maka mintalah rezki itu di sisi Allah. (QS al-‘Ankabut [29]: 17) #NgajiHikam 21) Aku akan melepaskan diri dari kesibukan duniawi, dari kesibukan di pasar, menuju ibadah kepada Allah. #NgajiHikam 22) Lalu org ini pun berhenti ke pasar, tak lagi bekerja dg dalih bahwa ia akan menenggelamkan diri dalam lautan tauhid. #NgajiHikam 23) Dia tak lagi berhubungan dg sebab2, krn ia telah memandang pada Dzat yg menciptakan sebab2 itu (Allah SWT)! #NgajiHikam 24) Maka org ini adalah contoh yg pas utk hikmah ke-2 Ibnu ‘Aṭa’illāh ini, dan ia harus diperingatkan dg hikmah itu. #NgajiHikam 25) Kita katakan kpdnya: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd status asbab, merupakan syahwat tersembunyi.” #NgajiHikam